Dampak, Pencegahan, dan Pengelolaan Gangguan Tiroid Pada Kehamilan

Pemeriksaan Klenjar Tiroid oleh:Anjli Bela Sari Br Situmorang A.Md.Keb
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang letaknya di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar ini dapat menimbulkan gejala penyakit tiroid yang berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya. Gangguan kelenjar tiroid yang umum dijumpai yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah terjadinya pembesaran kelenjar tiroid. Sedangkan pada fenomena hipotiroid, terjadi pengecilan kelenjar tiroid. Kehamilan dengan gangguan fungsi tiroid baik itu hipertiroid maupun hipotiroid dapat mempengaruhi kesehatan si ibu maupun janin didalam kandungan. Untuk itu perlu pencegahan, deteksi dini dan tatalaksana yang tepat terhadap ibu hamil dengan gangguan kelenjar tiroid.
peran kelenjar tiroid dan hormon tiroid dalam kehamilan benar-benar penting. Kelenjar tiroid memainkan peran krusial dalam perkembangan janin, terutama dalam pengaturan metabolisme dan perkembangan sistem saraf. Berikut adalah beberapa poin tambahan yang perlu dipertimbangkan terkait kesehatan kelenjar tiroid selama kehamilan:
- Asupan Iodin yang Cukup: Seperti yang telah disebutkan, asupan iodin yang memadai sangat penting selama kehamilan karena iodin diperlukan untuk produksi hormon tiroid. Kekurangan iodin dapat berdampak buruk pada kesehatan kelenjar tiroid ibu dan juga perkembangan janin. Konsumsi makanan yang kaya akan iodin seperti seafood, produk susu, dan garam beriodium sangat dianjurkan.
- Monitoring Fungsi Tiroid: Penting untuk memantau fungsi kelenjar tiroid selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon tiroid, terutama jika ibu hamil memiliki riwayat gangguan kelenjar tiroid atau jika terdapat gejala yang mencurigakan.
- Perawatan yang Tepat: Jika ibu hamil didiagnosis dengan gangguan kelenjar tiroid, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme, perawatan yang tepat harus segera diberikan. Ini dapat mencakup penggunaan hormon tiroid sintetis atau pengobatan lain yang disesuaikan dengan kondisi spesifik ibu hamil.
- Konsultasi dengan Dokter: Ibu hamil yang memiliki masalah kesehatan kelenjar tiroid atau memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tiroid sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum hamil atau segera setelah mengetahui kehamilan. Ini memungkinkan untuk mengelola kondisi dengan lebih efektif dan mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan.
- Pentingnya Pemeriksaan Pranatal: Pemeriksaan pranatal secara teratur juga penting dalam mendeteksi masalah kesehatan kelenjar tiroid dan memantau perkembangan janin. Dokter akan memantau perkembangan dan kesehatan kelenjar tiroid ibu hamil serta dampaknya pada janin.
Dengan memperhatikan poin-poin ini dan mendapatkan perawatan yang tepat, ibu hamil dapat menjaga kesehatan kelenjar tiroidnya dan mendukung perkembangan janin yang sehat.
Gangguan kelenjar tiroid secara umum dapat digambarkan melalui dua contoh, yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai gejala-gejala yang mungkin timbul pada kedua kondisi tersebut:
Hipertiroidisme:
- Jantung yang berdebar-debar: Peningkatan produksi hormon tiroid dapat meningkatkan denyut jantung.
- Pembesaran kelenjar tiroid (tiromegali): Kelenjar tiroid dapat membesar dan menimbulkan benjolan pada leher.
- Eksoftalmos: Mata cenderung menonjol keluar dari orbitnya, yang disebabkan oleh peradangan atau pembengkakan jaringan di belakang mata.
- Berat badan menurun namun nafsu makan meningkat: Meskipun berat badan menurun, asupan makanan seringkali meningkat karena metabolisme tubuh meningkat.
- Tremor atau gemetar pada tangan: Gejala gemetar yang dapat terjadi pada tangan.
Hipotiroidisme:
- Tidak tahan udara dingin: Kekurangan hormon tiroid dapat mengganggu regulasi suhu tubuh, menyebabkan rasa kedinginan yang berlebihan.
- Kulit kering: Produksi minyak alami kulit dapat berkurang, menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar.
- Berat badan meningkat namun nafsu makan menurun: Metabolisme tubuh melambat sehingga berat badan cenderung meningkat meskipun asupan makanan normal atau bahkan menurun.
- Depresi dan mudah mengantuk: Gangguan mood seperti depresi dan kelelahan yang berlebihan dapat terjadi.
- Gangguan menstruasi: Siklus menstruasi dapat menjadi tidak teratur atau bahkan berhenti sama sekali.
- Kelemahan otot: Merasa lemah atau kelelahan secara umum, terutama pada otot.
Penting untuk diingat bahwa gejala yang dialami seseorang dapat bervariasi dan tidak semua orang dengan gangguan kelenjar tiroid akan mengalami gejala yang sama. Konsultasi dengan dokter adalah langkah yang tepat untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.
Beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadi hipertirod pada kehamilan yaitu asupan iodium dan kejadian autoimun. Asupan iodium dan kejadian autoimun dapat menjadi faktor terbesar sebagai pemicu hipertiroid. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat menjadi pemicu yaitu stress, merokok, radiasi pada leher, obat-obatan, dan organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus dan bakteri. Faktor-faktor lingkungan tersebut akan bergabung dengan faktor genetik sebagai pencetus hipertiroid. Adapun beberapa faktor Risiko yang dapat menyebabkan Penyakit Tiroidsebagai berikut:
1. Jenis Kelamin.
Pada umumnya perempuan berisiko tinggi mengalami gangguan tiroid dibandingkan Laki-laki.
2. Genetik
Genetik berkaitan dengan gangguan autoimun terhadap kelenjar tiroid dan dianggap sebagai faktor pencetus utama.
3. Merokok
Hipoksia (kekurangan oksigen) di otak dan nikotin dalam rokok mampu meningkatkan reaksi inflamasi.
4. Stress
Stress berhubungan dengan antibody terhadap kerja hormone yang mengatur kerja dari kelenjar tiroid (TSH).
5. Riwayat penyakit keluarga,
apabila dijumpai keluarga memiliki masalah yang berkaitan dengan gangguan fungsi tiroid.
6. Obat-obatan.
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid seperti amiodaron, lithium karbonat, aminoglutethimide, interferon alfa, thalidomide, betaroxine, stavudine.
7. Lingkungan.
Faktor ini berkaitan dengan kadar iodium dalam air. Hipotiroid pada ibu yang sedang hamil dapat mengakibatkan payah jantung, krisis tiroid, radang kelenjar tiroid pasca kelahiran, dan komplikasi pada janin serta neonates yaitu munculnya gangguang terhadap perkembangan kecerdasan dan intelektual anak. Sedangkan Hipertiroid pada kehamilan jika tidak ditangani secara tepat dapat berujung kepada terjadinya komplikasi serius seperti abortus, kematian janin, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan preeklamsia.
Pada penyakit tiroid yang tidak terkontrol, apalagi pada kondisi yang tidak terdeteksi sejak awal kehamilan, lambat laun bisa menyebabkan janin gagal berkembang. Dampaknya, ibu yang memiliki penyakit tiroid berisiko melahirkan bayi dengan kondisi cacat. Selain itu, bayi juga bisa lahir dengan kondisi BBLR (berat bayi lahir rendah).
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan fungsi tiroid pada ibu hamil terutama pada trimester pertama, guna mendeteksi gangguan fungsi tiroid pada ibu sedini mungkin.
2. Biasanya di trimester pertama gejala belum terlihat. Maka dari itu, biasanya dokter menganjurkan untuk memeriksakan lagi satu kali , yaitu di trimester tiga.
3. Bila ibu yang merencanakan kehamilan punya riwayat gangguan tiroid di keluarga, skrining sebelum perencanaan kehamilan penting dilakukan.
4. Hal yang terutama adalah asupan nutrisi ibu hamil haruslah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil sesuai dengan trimester kehamilan, seperti zat besi,iodium, dan lain-lain.
KESIMPULAN:
Untuk mencegah gangguan kelenjar tiroid selama kehamilan, penting untuk menjaga asupan iodin yang cukup, memantau fungsi tiroid secara teratur, dan berkonsultasi dengan dokter jika terdapat gejala yang mencurigakan. Pengelolaan yang tepat terhadap gangguan kelenjar tiroid selama kehamilan, seperti penggunaan hormon tiroid sintetis atau pengobatan lain yang disesuaikan, sangatlah penting untuk mencegah komplikasi dan mendukung kesehatan ibu dan janin.
Anjli Bela Sari Br Situmorang Amd.Keb